Patriarki is Real: Tapi Let’s Chill, Kita Bisa Lawan Itu!

Assalamualaikum, Hey everyone! It’s been a while since my last post—so grab your favorite drink and let's hangout! In this blog, I’ll walk through a fun-but-deep story about patriarki—how it can creep into our daily routines, and most importantly, how we can respond in small but meaningful ways. ready? so let's go! 

Patriarki itu bukan sekedar istilah teori saja itu sistem sosial di mana laki-laki dianggap sebagai pemimpin utama, sedangkan perempuan sering ditempatkan di balik layar kehidupan publik. dari dapur sampai temapt kerja, perempuan sangat sering menghadapi stereotip 'harus masak", harus ngurus anak', sementara laki-laki bebas berkarier atau mengatur keluarga, dan anak perempuan tidak perlu sekolah tinggi padahal realitanya sekarang banyak perempuan yang sukses di berbagai bidang, kan? 

Padahal di zaman sekarang banyak perempuan kerja profesional, jadi chef, enginer, atau leader and they do it well. namun seringkali mereka masih dibebani double burden, kerja di kantor dan tetap diharapkan menangani urusan rumah tangga juga. keren ya para ibu-ibu yang luar biasa ini? 

It's a mess, especially kalau kita tidak sadar bahwa patriarki itu diwariskan melalui norma keluarga, pendidikan, hingga interpretasi agama dan budaya yang bias gender. meski Indonesia punya ragam budaya ada Batak, Sunda, Jawa, hingga Minangkabau yang unik kebanyakan masyarakat tetap mengadopsi sistem kekerabatan patrilineal, di mana garis keturunan dan warisan mengikuti pihak laki-laki. 

Di Indonesia, perempuan sering dianggap sebagai baby machine, harus cepet nikah dan punya anak karena tekanan keluarga maupun adat, meski mereka mungkin punya prioritas sendiri dalam karir atau identitas pribadi mereka. kalau mereka nggak ikut pandangan itu? bersiap untuk dapat stigma atau pandangan negaif. Plus, perempuan sering disalahkan kalau jadi korban pelecehan, dengan argumen klasik, "siapa suruh pake baju terbuka?" (My outfit   your permission) padahal kontrol seksual atas tubuh mereka tetap dirampas oleh sisitem patriarki. right? (tidak menormaliasi pakaian terbuka


Mari kita ambil contoh yang lain 
Nina bukan bobo (cuman nama samaran) pulang malem abis ngerjain tugas kuliah. everything seems biasa aja until her neighbor jokingly says: 
    "Perempuan pulang malam dianggap nggak pantas... (hzzzz) 
Nina froze. she came late because she was doing college assigments, but somehow her personal schedule felt "off limits' because of her gender. that qualifying tip "pulang malam" turned into silent judgement. (MIRIS) 


"Gak usah sekolah tinggi, nanti susah nyari suami" 
"you should look feminine to attract a rich husband, lalu disuruh jual mahal tapi tetep gak boleh terlalu paham soal pendidikan reproduksi seperti kontrasepsi atau aborsi. liquid expectations tapi nggak boleh punya suara. silent and pretty. 👏👏👏👏

Laki-laki takut perempuan yang pintar, they see smart women as intimidating. 
Banyak perempuan pendidikan tinggi dianggap too much knowledge buat laki-laki, "will outsmart me'. jadinya dijauhin. OHHH C'MON MAN (sorry not sorry, you're insecure). perempuan berpendidikan tinggi bukan untuk menyaingi laki-laki, tapi untuk membangun generasi. If you educate a woman, you educate a generation. Anak yang terdidik lahir dari ibu yang terdidik pula. bener kan?. Perempuan dan laki-laki punya hak yang sama dalam pendidikan, jika keduanya bisa berjalan beriringan, kenapa salah satunya harus merasa tersaingi? (simple banget padahal kehidupan ini kalo samasama mengerti, tapi....) 


Housework adalah pekerjaan perempuan meski kerja full-time 
Istri yang bekerja tetapi dianggap otomatis bertugas ngurus rumah. suami hanya "bantu kalu disuruh' sebaliknya, pria yang mencuci piring malah dianggap extraordinary. (laundry punya hak pilihan juga kan?) 

Anak perempuan dianggap tugas domestik sejak kecil 
Banyak rumah mengajarkan anak perempuan masak dan bersih-bersih sejak dini, sementara anak laki-laki bebas OH LORD! padahal tanggung jawab soal rumah adalah milik semua gender. 

Patriarki terhadap perempuan itu real, mulai stereotip kecil di rumah sampai struktur sosial dan kebijakan publik yang masih merugikan perempuan dalam banyak bidang. budaya patriarki sudah jadi hambatan besar di Indonesia, seperti ditegaskan Komnas Perempuan bahwa hal ini menghambat kesetaraan gender dan perlu diubah serta kebijakan nyata. 

Tapi hey kita bisa lawan ini dengan gaya yang kekinian dan relatable. mulai dari nge-share cerita absurd patriarki yang pernah kamu alami, bikin meme keren atau TIKTOK satire, sampai diskusi di grup chat, semua itu adalah bentuk aktivisme ringan yang powerful. bahkan dengan satu thread IG atau satu quote sarkastik. "Expectation: you must be cooking tonight. Reality: I’m cooking my future, bro.” kamu bisa mulai pergeseran mindset & ngasih aspirasi untuk perempuan lain.  

So, thanks for reading the whole text and i am open for every critic and suggestion. see u on my next post! caho 😉. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Why do we love? what makes us to love someone? why do we need to love?

The Possibility of Recovering a Broken Relationship. Can you?